Minggu, 09 Juni 2013

Siapakah Ibnu Khaldun ?

Biografi Ibnu Khaldun

Ibnu Khaldun
Ibnu Khaldun lahir pada tanggal 1 Ramadhan 732 H. (27 Mei 1332 M.), di Turbah Bay, Tunisia Afrika Utara. Nama lengkapnya adalah Abdurrahman Abu Zaid Waliuddin bin Khaldun. Nama kecilnya Abdurrahman. Nama panggilannya Abu Zaid, gelarnya Waliuddin, dan nama populernya Ibnu Khaldun.
Dalam literatur lain, Panggilan ataupun nama Ibnu Khaldun, lebih didahulukan gelarnya, yaitu Waliuddin Abu Zaid Abdurrahman ibn Muhammad ibn Muhammad ibn Khaldun al-Hadhrami. Pendapat kedua inilah yang banyak ditemukan di dalam literatur-literatur sejenis tentang Ibnu khaldun, seperti karya Ma’arif, dan Ali Audah. Ibnu Khaldun merupakan anak ke-2 dari lima bersaudara. Ayahnya bernama Abu Abdillah Muhammad (wafat 749 H/1339 M.). Ia lahir dari keluarga terkemuka dalam bidang agama, ilmu pengetahuan maupun politik. Kakeknya yang tertua, Khaldun ibn al-Khattab, pindah dari Hadhramaut, Yaman Selatan ke Seville di Andalusia (Spanyol) pada abad ke-9 M. Ia lahir dan besar di tengah setting sosial  masyarakat Islam yang penuh dengan gejolak, kemerosotan, dan disintegrasi. Masyarakat Islam yang mengalami penurunan pengetahuan dan peradaban, masyarakat yang tengah mengalami konflik dan intrik politik, dan   pemerintahan yang digerogoti oleh korupsi, kolusi dan nepotisme. Dengan demikian, pada konteks ini Khaldun menyaksikan langsung pertumbuhan dan kemunduran kekuasaan Islam di Spanyol. Peristiwa itu sedikit banyak mempengaruhi keputusan keluarga Khaldun untuk hijrah ke Maroko, menjelang kejatuhan Seville pada tahun 1248. 
Gambar. Peta Andalusia (Spanyol)
Sumber : Philip K. Hitti, History Of The Arabs, hal. 663
Kendati terjadi instabilitas politik dan lingkungan intelektual yang kurang mendukung, namun tidak menghalangi dan menyurutkan semangat Ibnu Khaldun untuk mengembangkan pemikiran besarnya dan terlibat dalam dunia politik praktis. Tercatat sebelum berusia 20 tahun Ibnu Khaldun telah terlibat dalam berbagai intrik politik. Sebagian besar hidupnya pun dihabiskan dalam pengembaraan intelektual dan politik praktisnya, dari satu ke tempat lain, dari Tunis-Fez-Seville-Granada-Carmona-Cordoba-Bougie (Afrika Utara)-Hunayn-Tlemcen-Tunis-Mesir-Siria-Mongolia -Mesir.

Gambar. Peta Petualangan Kehidupan Ibnu Khaldun
Sumber : Muhammad Hozien, Ibnu Khaldun His Life and Work,
Fase pendidikan Ibnu Khaldun diawali dari rumahnya sendiri. Ayahnya Abu Abdillah Muhammad adalah guru pertamanya. Seperti biasa berlaku di negara-negara Islam, sewaktu kecil Ibnu Khaldun mempelajari dan menghafal Al-Qur’an dan ilmu tajwid. Selanjutnya, ia pun belajar ilmu-ilmu syariat, seperti tafsir, hadits, ushul, tauhid dan fiqih mazhab Maliki. Di samping itu, ia juga mempelajari ilmu-ilmu bahasa, seperti nahwu, sharaf, balaghah, kesusastraan, logika, filsafat, dan matematika.
Tahun 1354 M, Ibnu Khaldun berangkat ke Fez, di sinilah ia menyelesaikan pendidikan tingginya dengan dan bersama-sama para ulama ternama di zamannya.  Menurut Ibn al Khaththib sejak menjadi mahasiswa di Fez, Ibnu Khuldun sudah mulai menulis buku-buku, sebelum ia menulis Muqaddimah yang merupakan karya monumentalnya.
Lanjutnya al-Khaththib mengatakan, bahwa Khaldun pernah menulis satu uraian panjang dari kitab Burdah karangan al Bushiri yaitu kitab madah dan puji-pujian tentang Rasulullah dalam bentuk syair-syair yang indah. Di samping itu, ia juga telah membuat beberapa ringkasan dari buku-buku karangan Ibnu Rusyd (Averroes), ringkasan kitab Muhassal karangan Fakhruddin ar-Razi, dan satu buku tentang dasar-dasar ilmu hitung.
Tahun 1357 – 1382 merupakan periode karir politik Ibnu Khaldun yang penuh dengan ambisi, oportunis, kecerdasan diplomatis, intrik, persekongkolan, dan konspirasi politik dari satu penguasa ke penguasa lain. Bahkan karena konspirasi politiknya pada Sultan Abu Anan di Fez pada tahun 1357M/758 H, Ibnu Khaldun ditangkap dan dipenjarakan selama 21 bulan. Ia baru dilepaskan pada akhir tahun 1358, setelah Sultan Abu Anan meninggal.
Setelah bertualang selama kurang lebih 17 tahun dalam kehidupan politik praktis, nalurinya sebagai seorang ilmuan memaksanya memasuki tahapan baru dari kehidupannya yaitu menyendiri (ber-khalwat). Dalam masa ini, dari tahun 1374-1378, beliau menyelesaikan karya Muqaddimah yang populer dengan sebutan Muqaddimah Ibnu Khaldun, sebuah karya yang seluruhnya berdasarkan observasi dan ketajaman pemikiran yang sangat baik. Pada tahun 1378 M, selanjutnya Khaldun meninggalkan Qal’at Ibnu Salamah menuju Tunis. Di Tunis ia mendapatkan tugas menuju Makkah 24 Oktober 1382 untuk ibadah haji dan singgah di Kairo. Sampai di sini, berakhirlah petualangan Ibnu Khaldun dalam intrik-intrik politik yang kadang membuatnya menjadi seorang oportunis.
Dalam periode ini, menurut Wafi Ibnu Khaldun merupakan sosok yang mempunyai ambisi sangat besar yang memiliki kecenderungan yang arogan dalam dirinya. Bagi Wafi inilah prinsip yang telah dilaksanakan Ibnu Khaldun dalam hidupnya semenjak masa mudanya sampai waktu meninggalnya. Berbeda dengan Wafi, Gaston Bouthoul dalam karyanya Ibn Khaldoun sa philosopie sociale menyatakan bahwa kita sebelum memberi hukuman atas moral dan nilai kepribadian Khaldun dan menuduhnya tidak mempunyai pendirian dan tidak mempunyai kesetiaan, hendaknya memperhatikan kondisi-kondisi masanya. Dalam kondisi dinasti-dinasti Islam yang ada ketika itu, maka pengkhianatan satu-satunya adalah pengkhianatan keagamaan. Sebab perasaan terikat pada tanah air saat itu belum ada, dan kesadaran suci satu-satunya adalah kesadaran keagamaan.
Tahun 1382-1406, merupakan periode akademis dan kehakiman Ibnu Khaldun yang banyak dihabiskan di Mesir. Pada masa ini dinasti Mamluk sedang berkuasa. Kemajuan peradaban dan stabilitas politik saat itu menjadikan Ibnu Khaldun lebih leluasa berkarir sebagai akademisi dan Hakim agung mazhab Maliki.

Gambar. Peta Dinasti Mamluk
Sumber : Philip K. Hitti, History Of The Arabs, hal 876. 
Ibnu Khaldun memberi kuliah di lembaga-lembaga pendidikan Mesir, seperti Universitas al-Azhar, Sekolah Tinggi Hukum Qamhiyah, Sekolah Tinggi Zhahiriyyah dan Sekolah Tinggi Sharghat Musyiyyah. Mata kuliah yang disampaikan adalah fiqih, hadits dan beberapa teori tentang sejarah dan sosial kemasyarakatan yang telah ditulisnya dalam Muqaddimah. Mengenai hal ini, al-Muqrizi dan Ibnu Hajar al-Asqalani menuturkan bahwa: “pengunjung yang hadir dalam kuliah Ibnu Khaldun sangat banyak, mereka kagum kepada Ibnu Khaldun. Karena gaya berbicaranya yang fasih dan baligh, di samping pengetahuannya yang cukup tinggi terutama tentang ilmu sejarah dan kemasyarakatan.”
Setelah hidup dalam petualangannya yang sangat panjang, Ibnu Khaldun yang sangat dikagumi orang karena pengetahuannya yang luas, kecemerlangan pemikirannya, kemampuan politik praktisnya, dan lewat magnum opusnya Muqaddimah, pada tanggal 26 Ramadhan 808 H, bertepatan dengan tanggal 17 Maret 1406 M, wafat dalam usia 76 tahun. Ia dimakamkan di kawasan pemakaman kaum sufi di Bab el-Nashr, Kairo, Mesir.

Sumber :
Buku          : Pemikiran Pendidikan Ibnu Khaldun
Penulis       : Ahmad Tarmiji Alkhudri
Penerbit      : Edukati



1 komentar: